Kamis, 03 November 2022

PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI. HAJAR DEWANTARA

PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI. HAJAR DEWANTARA



1.      Pendahuluan

Pendidikan memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa, sejak zaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa disamping melalui organisasi politik, perjuangan ke arah kemerdekaan perlu dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan dijadikan media untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Kemajuan dunia pendidikan saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh sebagai aktor utama. Para pendidik telah memainkan peranan yang amat signifikan dengan cara mendirikan lembaga pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, hingga Perguruan Tinggi atau Universitas. Di lembaga-lembaga pendidikan tersebut, mereka telah mengembangkan sistem dan pendekatan dalam proses belajar mengajar, visi dan misi yang harus diperjuangkan, kurikulum, bahan ajar berupa buku-buku, majalah, dan sebagainya, gedung-gedung tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan lengkap dengan sarana prasarananya, tradisi dan etos keilmuan yang dikembangkan, sumber dana dan kualitas lulusan yang dihasilkan.

Tokoh yang memiliki sumbangsih besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dan mendapat gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara, Ia adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, dan pelopor pendidikan bagi bangsa Indonesia. Sepanjang perjalanan hidupnya sarat dengan perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa. Tak heran jika peran dan jasanya begitu besar dalam mengawal impian bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang merdeka dari segala macam bentuk penjajahan

 

2.      Pemikiran Pendidikan Ki. Hajar Dewantara

a.       Biografi Ki. Hajar Dewantara

Ki. Hajar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada 2 Mei 1889. Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton, tepatnya pura Pakualaman, Yogyakarta. Ki. Hajar Dewantara merupakan cucu dari Sri Paku Alam III, sedangkan ayahnya bernama K.P.H. Suryaningrat dan Ibundanya bernama Raden Ayu Sandiyah yang merupakan buyut dari Nyai Ageng Serang, seorang keturunan dari Sunan Kalijaga

Raden Mas Suwardi Suryaningrat kemudian berganti nama di usianya yang ke 39 tahun, ia berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Lingkungan hidup pada masa Ki Hajar Dewantara kecil sangat besar pengaruhnya terhadap jiwanya yang sangat peka terhadap kesenian dan nilai-nilai kultur maupun religius.8 Setelah berganti nama dengan Ki Hajar Dewantara dapat leluasa bergaul dengan rakyat kebanyakan. Sehingga dengan demikian perjuangannya menjadi lebih mudah diterima oleh rakyat pada masa itu

Tanggal 4 November 1907 dilangsungkan “Nikah Gantung” antara R.M. Soewardi Soeryaningrat dengan R.A. Soetartinah. Keduanya adalah cucu dari Sri Paku Alam III. Pada akhir Agustus 1913 beberapa hari sebelum berangkat ke tempat pengasingan di negeri Belanda. Pernikahannya diresmikan secara adat dan sederhana di Puri Suryaningratan Yogyakarta. Jadi Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar Dewantara adalah sama-sama cucu dari Paku Alam III atau satu garis keturunan.

Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 Apri 1959, di rumahnya Mujamuju Yogyakarta. Tanggal 29 April, jenazah Ki Hadjar Dewantara dipindahkan ke pendopo Taman Siswa. Dari pendopo Taman Siswa, kemudian diserahkan kepada Majelis Luhur Taman Siswa. Dari pendopo Taman Siswa, jenazah diberangkatkan ke makan Wijaya Brata Yogyakarta. Dalam upacara pemakaman Ki Hadjar Dewantara dipimpin oleh Panglima Kodam Diponegoro Kolonel Soeharto

Tanggal 28 November 1959, Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai “Pahlawan Nasional”. Tanggal 16 Desember 1959, pemerintah menetapkan tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara tanggal 2 Mei sebagai “Hari Pendidikan Nasional” berdasarkan keputusan Presiden RI Nomor: 316 tahun 1959. Sebagai tokoh nasional yang dihormati dan disegani baik oleh kawan maupun lawan, Ki Hadjar Dewantara sangat kreatif, dinamis, jujur, sederhana, konsisten, konsekuen dan berani. Wawasan beliau sangat luas dan tidak berhenti berjuang untuk bangsanya hingga akhir hayat. Perjuangan beliau dilandasi dengan rasa ikhlas yang mendalam, disertai rasa pengabdian dan pengorbanan yang tinggi dalam mengantarkan bangsanya ke alam merdeka

b.      Pemikiran Pendidikan Ki. Hajar Dewantara dan Relevansinya

1.      Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan yang jelas tentang tujuan pendidikan, maka kegiatan pendidikan menjadi tanpa arah bahkan dapat salah langkah, oleh karena itu perumusan tujuan pendidikan dengan jelas dan tegas sejak awal menjadi bagian yang sangat penting untuk dilakukan

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan sebagai tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, artinya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan sebagai tuntunan tidak hanya menjadikan seorang anak mendapat kecerdasan yang lebih tinggi dan luas, tetapi juga menjauhkan dirinya dari perbuatan jahat.

Tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Ki. Hajar Dewantara sejalan dengan tujuan kurikulum 2013, yaitu; sama-sama mengarahkan tujuan pendidikan berkaitan dengan individu dan masyarakat, yaitu Pertama, Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan individu, Ki. Hajar Dewantara mengarahkan pada kemerdekaan baik secara fisik, mental, dan kerohanian, sementara kurikulum 2013 tidak hanya merdeka secara fisik, tetapi mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Ke Dua, Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat, Ki. Hajar Dewantara mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab, dan disiplin, sementara kurikulum 2013 tidak hanya mengarahkan kontribusi dalam masyarakat, tetapi lebih luas lagi yaitu berkontribusi pada bangsa, negara, bahkan peradaban dunia.

1.      Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

Sebelumnya saya berfikir bahwa murid harus menurut pada apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajarnya. Entah anak itu nyaman atau tidak dengan gaya belajar kita, entah murid itu bisa menerima atau tidak dengan apa yang kita sampaikan didalam kelas. Yang penting tugas kita sebagai guru sudah menyampaikan apa yang kita pelajari.

2.      Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini ?

Setalah mempelajari modul ini, ternyata apa yang saya pikirkan selama ini tentang murid dan guru sangat jauh bertolak belakang dengan apa yang saya pelajari tentang pendidikan KHD. Sebagai seorang guru kita tidak boleh egois dengan pembelajaran yang kita inginkan, sebagai seorang guru kita harus terus memahami dan menggali potensi diri anak sebagai bentuk rasa kita memanusiakan manusia. Karena pada dasarnya semua anak itu membawa potensi, bakat, kesukaan dan  kodrat nya masing-masing. Disinilah posisi seorang guru harus bisa memahami setiap karakter masing-masing siswa. Sehingga kita bisa ing ngarso sung tulodho ing madyo mangun karso tut wuri handayani.

3.      Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Setelah mempelajari pemikiran KHD ini, saya sebagai guru akan lebih dalam lagi menggali dan mengenali potensi diri anak-anak. Dengan mendapatkan informasi potensi anak, bisa kita mengembangkan dan mengkolaborasikan metode belajar mengajar kita, supaya terbangun pemnbelajaran yang interaktif dan menyenangkan, sehingga anak-anak dan pengajar benar-benar belajar secara merdeka lahir dan bathin.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar