PEMIKIRAN PENDIDIKAN KI. HAJAR DEWANTARA
1.
Pendahuluan
Pendidikan
memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa, sejak zaman perjuangan
kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari
bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta membebaskannya dari belenggu penjajahan.
Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa disamping melalui organisasi politik,
perjuangan ke arah kemerdekaan perlu dilakukan melalui jalur pendidikan.
Pendidikan dijadikan media untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokraris serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Kemajuan
dunia pendidikan saat ini, tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh sebagai
aktor utama. Para pendidik telah memainkan peranan yang amat signifikan dengan
cara mendirikan lembaga pendidikan mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak, hingga
Perguruan Tinggi atau Universitas. Di lembaga-lembaga pendidikan tersebut,
mereka telah mengembangkan sistem dan pendekatan dalam proses belajar mengajar,
visi dan misi yang harus diperjuangkan, kurikulum, bahan ajar berupa buku-buku,
majalah, dan sebagainya, gedung-gedung tempat berlangsungnya kegiatan
pendidikan lengkap dengan sarana prasarananya, tradisi dan etos keilmuan yang
dikembangkan, sumber dana dan kualitas lulusan yang dihasilkan.
Tokoh
yang memiliki sumbangsih besar untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dan
mendapat gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki. Hajar Dewantara, Ia
adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, dan pelopor
pendidikan bagi bangsa Indonesia. Sepanjang perjalanan hidupnya sarat dengan
perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsa. Tak heran jika peran dan
jasanya begitu besar dalam mengawal impian bangsa Indonesia untuk menjadi
bangsa yang merdeka dari segala macam bentuk penjajahan
2.
Pemikiran
Pendidikan Ki. Hajar Dewantara
a.
Biografi
Ki. Hajar Dewantara
Ki.
Hajar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada 2 Mei
1889. Ia berasal dari lingkungan keluarga keraton, tepatnya pura Pakualaman,
Yogyakarta. Ki. Hajar Dewantara merupakan cucu dari Sri Paku Alam III,
sedangkan ayahnya bernama K.P.H. Suryaningrat dan Ibundanya bernama Raden Ayu
Sandiyah yang merupakan buyut dari Nyai Ageng Serang, seorang keturunan dari
Sunan Kalijaga
Raden
Mas Suwardi Suryaningrat kemudian berganti nama di usianya yang ke 39 tahun, ia
berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Lingkungan hidup pada masa Ki Hajar
Dewantara kecil sangat besar pengaruhnya terhadap jiwanya yang sangat peka
terhadap kesenian dan nilai-nilai kultur maupun religius.8 Setelah berganti
nama dengan Ki Hajar Dewantara dapat leluasa bergaul dengan rakyat kebanyakan.
Sehingga dengan demikian perjuangannya menjadi lebih mudah diterima oleh rakyat
pada masa itu
Tanggal
4 November 1907 dilangsungkan “Nikah Gantung” antara R.M. Soewardi
Soeryaningrat dengan R.A. Soetartinah. Keduanya adalah cucu dari Sri Paku Alam
III. Pada akhir Agustus 1913 beberapa hari sebelum berangkat ke tempat
pengasingan di negeri Belanda. Pernikahannya diresmikan secara adat dan sederhana
di Puri Suryaningratan Yogyakarta. Jadi Ki Hadjar Dewantara dan Nyi Hadjar
Dewantara adalah sama-sama cucu dari Paku Alam III atau satu garis keturunan.
Ki
Hadjar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 26 Apri 1959, di rumahnya
Mujamuju Yogyakarta. Tanggal 29 April, jenazah Ki Hadjar Dewantara dipindahkan
ke pendopo Taman Siswa. Dari pendopo Taman Siswa, kemudian diserahkan kepada
Majelis Luhur Taman Siswa. Dari pendopo Taman Siswa, jenazah diberangkatkan ke
makan Wijaya Brata Yogyakarta. Dalam upacara pemakaman Ki Hadjar Dewantara
dipimpin oleh Panglima Kodam Diponegoro Kolonel Soeharto
Tanggal
28 November 1959, Ki Hadjar Dewantara ditetapkan sebagai “Pahlawan Nasional”.
Tanggal 16 Desember 1959, pemerintah menetapkan tanggal lahir Ki Hadjar
Dewantara tanggal 2 Mei sebagai “Hari Pendidikan Nasional” berdasarkan
keputusan Presiden RI Nomor: 316 tahun 1959. Sebagai tokoh nasional yang
dihormati dan disegani baik oleh kawan maupun lawan, Ki Hadjar Dewantara sangat
kreatif, dinamis, jujur, sederhana, konsisten, konsekuen dan berani. Wawasan
beliau sangat luas dan tidak berhenti berjuang untuk bangsanya hingga akhir
hayat. Perjuangan beliau dilandasi dengan rasa ikhlas yang mendalam, disertai
rasa pengabdian dan pengorbanan yang tinggi dalam mengantarkan bangsanya ke
alam merdeka
b.
Pemikiran
Pendidikan Ki. Hajar Dewantara dan Relevansinya
1.
Tujuan
Pendidikan
Tujuan
pendidikan merupakan masalah sentral dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan
yang jelas tentang tujuan pendidikan, maka kegiatan pendidikan menjadi tanpa
arah bahkan dapat salah langkah, oleh karena itu perumusan tujuan pendidikan
dengan jelas dan tegas sejak awal menjadi bagian yang sangat penting untuk
dilakukan
Menurut
Ki Hadjar Dewantara pendidikan sebagai tuntunan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak, artinya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan
sebagai tuntunan tidak hanya menjadikan seorang anak mendapat kecerdasan yang
lebih tinggi dan luas, tetapi juga menjauhkan dirinya dari perbuatan jahat.
Tujuan
pendidikan yang dikemukakan oleh Ki. Hajar Dewantara sejalan dengan tujuan
kurikulum 2013, yaitu; sama-sama mengarahkan tujuan pendidikan berkaitan dengan
individu dan masyarakat, yaitu Pertama, Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan
individu, Ki. Hajar Dewantara mengarahkan pada kemerdekaan baik secara fisik,
mental, dan kerohanian, sementara kurikulum 2013 tidak hanya merdeka secara
fisik, tetapi mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif. Ke Dua, Tujuan pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat, Ki.
Hajar Dewantara mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan,
musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab, dan disiplin,
sementara kurikulum 2013 tidak hanya mengarahkan kontribusi dalam masyarakat,
tetapi lebih luas lagi yaitu berkontribusi pada bangsa, negara, bahkan
peradaban dunia.
1.
Apa
yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda
mempelajari modul 1.1?
Sebelumnya
saya berfikir bahwa murid harus menurut pada apa yang dikatakan dan
diperintahkan oleh seorang guru dalam proses belajar mengajarnya. Entah anak
itu nyaman atau tidak dengan gaya belajar kita, entah murid itu bisa menerima
atau tidak dengan apa yang kita sampaikan didalam kelas. Yang penting tugas
kita sebagai guru sudah menyampaikan apa yang kita pelajari.
2.
Apa
yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini ?
Setalah
mempelajari modul ini, ternyata apa yang saya pikirkan selama ini tentang murid
dan guru sangat jauh bertolak belakang dengan apa yang saya pelajari tentang
pendidikan KHD. Sebagai seorang guru kita tidak boleh egois dengan pembelajaran
yang kita inginkan, sebagai seorang guru kita harus terus memahami dan menggali
potensi diri anak sebagai bentuk rasa kita memanusiakan manusia. Karena pada
dasarnya semua anak itu membawa potensi, bakat, kesukaan dan kodrat nya masing-masing. Disinilah posisi
seorang guru harus bisa memahami setiap karakter masing-masing siswa. Sehingga kita
bisa ing ngarso sung tulodho ing madyo mangun karso tut wuri handayani.
3.
Apa
yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan
pemikiran KHD?
Setelah
mempelajari pemikiran KHD ini, saya sebagai guru akan lebih dalam lagi menggali
dan mengenali potensi diri anak-anak. Dengan mendapatkan informasi potensi
anak, bisa kita mengembangkan dan mengkolaborasikan metode belajar mengajar
kita, supaya terbangun pemnbelajaran yang interaktif dan menyenangkan, sehingga
anak-anak dan pengajar benar-benar belajar secara merdeka lahir dan bathin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar